Wednesday, May 2, 2012

Cara Membedakan Batik Yogya dan Solo

Dari timur ke barat, utara ke selatan, hampir semua daerah di pulau Jawa memiliki batik khas tersendiri. Corak, warna dan motif batik adalah penggambaran kehidupan masyarakat di daerah penghasil.

Jadi ketika kita berbicara batik Jogja dan Solo, maka kita akan bicara sedikit sejarah kerajaan Mataram Islam — sebuah buntut dari kedigdayaan kerajaan Nusantara yang begitu berjaya pada masanya.

Melalui proses yang sangat pelik dan melibatkan ratusan kali pemberontakan, akhirnya kerajaaan Mataram Islam dipecah menjadi dua melalui perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Perjanjian yang sedikit banyak melibatkan campur tangan VOC ini membagi wilayah Mataram Islam menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Pakubuwono III menjadi Raja Surakarta, sementara Pangeran Mangkubumi menjadi Raja Yogya dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Pemisahan wilayah ini kemudian membuat berbagai macam perubahan dalam budaya. Surakarta, yang merupakan awal dari kerajaan Mataram Islam, mempertahankan semua jenis kebudayaan yang mereka miliki. Mulai dari ritual, tarian sampai ke batiknya.

Sedangkan Kesultanan Yogyakarta cenderung membuat berbagai macam tradisi baru, namun tetap berakar pada tradisi kerajaan Mataram Islam. Termasuk juga kain batiknya.

Apabila sedikit disimpulkan, budaya Kasunanan Surakarta lebih konvensional dibandingkan Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat yang cenderung lebih progresif.

Contohnya, tarian di Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat dibawakan dengan lebih dinamis, dengan posisi berdiri yang lebih tegak dibandingkan Kasunanan Surakarta.

Udan Liri Yogya (kiri) dan Truntum Solo (kanan).Untuk batiknya, Sultan Hamengkubuwono I dari Yogya, memilih latar putih sebagai warna dasar. Sedangkan Susuhunan Pakubuwono III dari Kasunanan Surakarta/ Solo tetap memilih latar sogan dan cenderung gelap untuk kain batiknya.

Ini adalah hal paling mendasar yang membedakan batik Yogya dan Solo.

Warna sogan atau kuning coklat keemasan tetap menjadi warna khas kedua batik ini. Beberapa perbedaan juga terlihat dari segi perajin batik Yogya dan Solo dalam memprodo batik mereka.

Pada gaya Solo, yang dibubuhi prodo hanyalah garis luar (outline) corak dan sebagian isen-isennya. Sedangkan gaya Yogya, hampir seluruh corak dan isennya dilapisi prodo. Kesan yang ditampilkan pada prodo gaya Solo adalah lebih tenang dan anggun, sedangkan pada gaya Yogya lebih gagah dan menonjol.

Keduanya sama-sama indah. Batik, merupakan karya seni yang mewakili jiwa. Begitu juga dengan pemakainya. Semua dikembalikan kepada preferensi pemakainya. Tergantung selera.


Sumber : Yahoo!SHE

No comments:

Post a Comment